Photo: Azarnews.az
Sebuah babak baru mulai terkuak dari proses penyelidikan atas kecelakaan pesawat Embraer 190 milik Azerbaijan Airlines dengan nomor penerbangan J2-8243. Pesawat tersebut jatuh di dekat kota Aktau, Kazakhstan pada hari Rabu (25/12) ketika sedang dalam perjalanan menuju Grozny, ibu kota Chechnya, sebuah wilayah Rusia di selatan.
Dikutip dari BBC, Presiden Azerbaijan menuntut Rusia untuk mengakui kesalahannya dan memberikan kompensasi yang setimpal terhadap para korban. Ilham Aliyev menyampaikan secara gamblang kepada khalayak umum melalui televisi nasional pada hari Minggu bahwa pesawat tersebut ditembak jatuh oleh Rusia secara tidak disengaja, mengutip dari kantor berita Al-Jazeera.
Pada hari Sabtu (28/12) waktu Moskow, sambungan telepon langsung terjadi antara presiden Vladimir Putin dengan presiden Ilham Aliyev. Menurut pernyataan Kremlin yang dikutip oleh Reuters, Presiden Vladimir Putin menyampaikan permintaan maaf atas insiden tragis yang terjadi di wilayah udara Rusia. Beliau juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam dan tulus kepada keluarga korban, serta berharap agar para korban luka segera pulih. Menurut laporan, pesawat tersebut mengangkut total 67 orang, terdiri dari 62 penumpang dan 5 awak. Dari jumlah tersebut, 38 orang dilaporkan meninggal dunia, sementara 29 lainnya mengalami luka-luka
Sebelumnya terdapat spekulasi yang beredar mengenai penyebab jatuhnya pesawat Azerbaijan Airlines J2-8243. Mulai dari tersambar burung, kesalahan mekanis, kelalaian manusia, hingga serangan rudal anti-udara Rusia. Namun, hasil penyelidikan yang dilakukan oleh badan penerbangan dan pernyataan resmi pemerintah Azerbaijan membenarkan bukti adanya bekas pecahan rudal pada badan pesawat yang telah beredar di banyak media sosial.